Ulasan Anime : Shingeki no Bahamut
Dapatkan Handphone Terbaik Klik Disini:
Setelah cukup sukses dengan anime psychological thriller mereka, Zankyou no Terror, Mappa kembali dengan Shingeki no Bahamut: Genesis.
Anime bergenre fantasy dengan setting era medieval ini memiliki nuansa
yang cukup unik berkat arahan sutradara Keiichi Satou (Tiger &
Bunny, Karas, Saint Seiya: Legend of Sanctuary).
Bersetting
di dunia fantasi Mistarcia, di mana manusia, iblis, dan dewa hidup
berdampingan. Shingeki no Bahamut bercerita tentang Favaro Leone,
seorang Bounty Hunter yang yang dikutuk dan dipaksa oleh Amira, seorang
perempuan misterius yang bisa berubah menjadi iblis, untuk menemaninya
dan manunjukkan jalan menuju Helheim, tempat ibu Amira berada. Namun
perjalanan mereka tentu saja tidak berjalan mulus, selain mendapat
halangan dari Kaisar Lidfard yang berambisi menghabisi favaro, mereka
juga dihadang oleh tentara kerajaan yang memburu seekor iblis bersayap
satu, karena iblis tersebut telah mencuri segel Bahamut, seekor monster
yang hampir menghancurkan dunia 2000 tahun yang lalu.
Secara
garis besar Shingeki no Bahamut mungkin bisa dibagi menjadi 2 bagian.
Bagian pertama, episode 1-4, digunakan pengenalan karakter-karakter
utama dan worldbuilding. Tetapi di bagian awal inilah Bahamut paling
bersinar, memiliki mood dan atmosfir yang berbeda-beda, serta memiliki
momen-momennya tersendiri, seperti saat zeus dan satan menyegel bahamut,
swordfight Favaro dan Kaisar di atas kincir raksasa, dansa amira dengan
favaro di bar, dan yang paling gila adalah perang zombie, merman, dan
kepiting raksasa di atas kapal. Sutradara Keiichi Sato benar-benar
mengeksplorasi dan menunjukkan bahwa Mistarcia dalah dunia fantasi di
mana hal apa pun bisa saja terjadi.
Tiap episodenya dipenuhi energi dan
dipresentasikan dengan begitu baik lewat background sang art director,
Goki Nakamura, pencahayaan, serta layout-layout yang dinamis oleh
Keiichi Satou yang menitikberatkan dramatisasi tiap adegan. Dipadukan
dengan ide-ide unik dan aksi brilian, membuat Bahamut lebih terasa
seperti sebuah movie dibandingkan dengan seri TV.
Elemen
lain yang membuat Bahamut dipeuhi energi adalah karakter-karakter
utamanya sendiri. Pada 4 episode awal ini, trio Favaro, Kaisar, dan
Amira sudah menjadi karakter yang cukup likable. Kemudian, berbeda
dengan Amira yang memiliki kekuatan sihir sebagai setengan iblis, Kaisar
dan Favaro adalah manusia biasa tanpa kekuatan spesial apapun. Favaro
bukan tipe karakter utama yang membuat penonton merasa simpati dan
mendukungnya, Favaro adalah Bounty Hunter yang cukup brengsek, cara
bertarungnya begitu tricky, lalu memrioritaskan diri sendiri, uang, dan
kesenangannya. Tapi hal-hal itulah yang membuat Favaro begitu atraktif
dan menjadikan dia sentral humor Bahamut. Sementara Kaisar, memiliki
kepribadian yang bertolak belakang dengan Favaro, dia lurus, jujur, dan
menjunjung tinggi keadilan, dan bisa dibilang Kaisar adalah karakter
yang paling manusiawi karena setiap tindakannya didasari oleh motif dan
tujuan yang berasal dari kejadian kelam yang dialami di masa lalunya.
Dan yang terakhir, Amira, adalah karakter yang yang sebenarnya tidak
terlalu menarik dibandingkan Favaro dan Kaisar, karena Amira pada
dasarnya hanyalah anak kecil yang polos, sehingga tidak banyak yang bisa
digali dari karakter dan dialog Amira.
Kemudian, paruh berikutnya, yaitu
episode 5-12, Bahamut mulai masuk ke plot utamanya. Tentunya semakin
banyak misteri yang terungkap dan semakin banyak pula karakter pembantu
yang muncul di seri ini, tetapi sayangnya, paruh kedua ini tidak sekuat
paruh pertamanya.
Episode
5 masih memiliki atmosfir, layout, & trick battle seperti paruh
awalnya, tetapi di episode-episode selanjutnya, Bahamut mulai kehilangan
flarenya. Walaupun secara umum narasinya sudah terkonstruksi dengan
cukup solid, penempatan twist sudah tepat, dan masih dengan humor kecil
dari Favaro. nlNamun itu saja, tidak ada lagi ide-ide brilian seperti
paruh pertamanya. Karakter-karakter pembantu yang baru bermunculan pun
tidak cukup atraktif untuk mempertahankan flare seri ini. Dari sisi
directing pun, terutama episode 9 dan 10, Bahamut seakan kehilangan
kekuatannya, layout dan angle kameranya sangat biasa sehingga energi dan
atmosfirnya tidak seinteraktif sebelumnya. Hal ini membuat adegan
klimaks di episode 10 terkesan bland dan pacingnya pun tidak rapi.
Untungnya,
semua itu dipatahkan di episode 12. Kembali dengan atmosfir dan energi
seperti awalnya, episode akhir bahamut berhasil menampilkan adegan
perang terakhir yang begitu grandiose, memperkuat karakternya, dan
membuat konklusi yang heartwarming dan lumayan memuaskan.
Dari segi produksinya, Bahamut tidak bisa dibilang seri yang solid.
Kualitas animasinya seringkali naik turun, karakternya terlihat
off-model, dan gerakannya terkesan floaty. Selain itu pilihan
menggunakan 3DCGi untuk Bahamutnya juga membuatnya terkesan agak out of
place. Tetapi beberapa adegan di Bahamut dianimasikan dengan begitu
baik, seperti adegan saat Amira melawan iblis raksasa di episode 1, di
situ actionnya terlihat begitu dinamis dengan kamera bergerak mengikuti
Amira, dan setiap pukulan / tendangannya terlihat memiliki berat &
momentum sehingga terlihat begitu mengagumkan. Adegan2 perang yang
melibatkan Bahamut di episode 1 dan 12 juga dianimasikan dengan sangat
baik, terutama efek-efek seperti api, ledakan, dan sihir, menjadikannya
salah satu faktor yang membuat adegan perang di Bahamut terlihat begitu
grand.
Kesimpulan
Bahamut
bukanlah sebuah seri yang konsisten. Bahamut mengawali serinya dengan
momentum yang kuat, tapi menurun di tengah walaupun pada akhirnya
kembali lagi di akhir. Produksinya pun mengalami pemerosotan
berkali-kali. Tetapi Bahamut memiliki momen-momennya tersendiri,
momen-momen yang membuat penonton tidak bisa melepas mata dari layar,
serta karakter-karakter yang begitu atraktif dan menghibur. Dan
akhirnya, Shingeki no Bahamut menutup serinya dengan anggun, lewat
konklusinya yang heartwarming dan memuaskan. Shingeki no Bahamut adalah
sebuah seri yang menarik,menghibur, dan mengasyikkan.
Komentar
Posting Komentar